Akhir-akhir ini semakin gencar serangan dan niatan untuk membubarkan Ahmadiyah, begitupun sebaliknya banyak juga pihak-pihak yang menolak dengan berbagai alasan. Pada hari minggu tanggal 11 Mei 2008 lalu, saya mengikuti pengajian yang diadakan di kompleks perumahan tempat saya tinggal. Agenda yang dibahas pada saat itu adalah tentang aliran sesat. Sontak saat itu saya merasa merinding, khawatir bahasan yang akan dikemukanan akan meyulut amarah dan emosi saya, karena salah satu aliran yang dibahas adalah Ahmadiyah. Saya mencoba mengikuti dengan cermat pengajian tersebut dari awal sampai akhir. Alhamdulillah ternyata emosi saya tidak terpengaruh. Emosi saya tidak sempat terpancing karena saya memperhatikan apa yang dibahas dan dibicarakan tidak lain adalah seputar fitnah. Diantaranya adalah adanya kitab suci Tadzkirah, adanya dukungan pihak asing, dll. Semua bahasan itu hanaya mengundang tawa saya dalam hati. Kok seorang penceramah hanya bisa menularkan fitnah kepada pesertanya. Kalau saya perhatikan, jika ini dibiarkan justru akan merusak persatuan umat dan akan timbul kebencian yang sebenarnya tidak perlu. Tapi saya justru melihat ini adalah suatu peluang untuk dapat menjelaskan kepada mereka hal yang sebenarnya. Mungkin suatu saat saya akan mengundang jamaah pengajian di kompleks perumahan saya dan mengundang penceramah dari Ahmadiyah.
Saya hanya merasa sedih bercampur kasihan melihat kondisi ini. Para jamaah yang sebenarnya kurang mengenal Ahmadiyah jadi sedikit banyak terpengaruh. Dan kebanyakan dari mereka mengamini apa yang disampaikan tanpa coba mencari kebenaran yang sesungguhnya. Ustadz yang berceramah juga mendukung keluarnya SKB dengan alasan agak umat tidak resah dengan keberadaan aliran sesat. Saya kembali tertawa dalam hati, yang bikin resah itu sebenarnya siapa..??? yang sedang berada di depan saya (penceramah) atau aliran "sesatnya". Keresahan ini tidaka akan terjadi kalau justru orang-orang seperti penceramah itu (ustadz) tidak berceramah secara provokatif, walaupun alasannya untuk meluruskan kembali umat. Justru sebaiknya para ulama, kiyai, ustadz dan tokoh-tokoh agama lebih fokus untuk bekerjasama dan membantu pemerintah menjalankan program2 pembangunan bangsa dan negara ini, jika dibandingkan mengurusi urusan yang bersifat pribadi dalam hal keyakinan.
Setelah saya selesai mengikuti pengajian tersebut, justru saya merasa keyakinan saya terhadap Ahmadiyah semakin besar dan saya mencoba untuk kembali belajar masalah agama dan Ahmadiyah lebih jauh lagi. Sungguh, ternyata dibalik kesusahan atau suatu peristiwa terselip makna yang luar biasa. Saya hanya bisa berusaha semampu saya dan berdoa semoga kondisi ini dapat kembali normal dan kemenangan ada di Pihak Ahmadiyah seperti yang sudah dijanjikan Allah Taala, amin.
Ya Allah, hancurkanlah mereka yang memusuhi kami sehancur-hancurnya, amin.
Selasa, 13 Mei 2008
Langganan:
Postingan (Atom)